Text
Lampung tempo doeloe
Buku ini meriwayatkan Lampung dan pengelanaan, dengan melibatkan 15 kontributor dari pelbagai bangsa sehingga terhimpun sebanyak 21 tulisan, termasuk 5 tulisan dari penyusun sendiri. Para kontributor itu adalah Adrian Vickers, Atsushi Ota, J.T.G., Julia Maria, Kees Groeneboer, Mattiebelle Stimson Gittinger, N.H. Van Sandick, P.L.C. Le Sueur, Petrus Voorhoeve, Pramoedya Ananta Toer, Suryadi Sunuri, Tan Malaka, Tirto Adhi Soerjo, dan William Marsden.
Penyusun telah memilih dan merangkai kisah-kisah serta kajian yang digoreskan para sarjana dan pengelana Barat dan Timur serta orang Indonesia sendiri mengenai Lampung dengan kota-kota kecil dan juga laut serta sungai-sungainya. Mulai dari perdagangan lada Lampung pada masa Kesultanan Banten, Hindia-Belanda, Inggris, sampai dengan yang disebut sejarawan ekonomi Jepang Atsushi Ota ‘perniagaan haram’ pada sekitar 1760-1800.
William Marsden yang menulis History of Sumatra pada 1783 juga menyediakan satu bab tentang Negeri Lampung dan Penduduknya. Kees Groeneboer menuturkan pengelanaan seorang ahli bahasa lapangan di daerah Lampung Hermanus Neubroner van der Tuuk pada 1868-69 yang berhasil menyusun kamus Lampung-Belanda dalam huruf ka-ga-nga setebal 600 halaman. Peristiwa meletusnya gunung berapi Krakatau pada 1883 juga mendapat porsi melalui laporan N.H. van Sandick, P.L.C. Le Sueur, J.T.G. serta Suryadi Sunuri yang mengisahkan tsunami yang melanda Lampung melalui Syair Lampung Karam gubahan Mohammad Saleh.
Pembuangan Tirto Adhi Soerjo -- Bapak Pers Nasional sekaligus juga pahlawan nasional -- selama dua bulan di Telukbetung, Lampung, pada 1910 dilaporkan oleh sastrawan Pramoedya Ananta Toer disertai tulisan Tirto sendiri berupa lima surat di bawah titel “Oleh-oleh dari Tempat Pembuangan”. Pada zaman Jepang tahun 1943 Tan Malaka – Bapak Republik Indonesia – melintas Lampung dalam perjalanannya dari Singapura ke Jawa setelah pelarian politiknya yang panjang, dan menuliskan kesaksiannya tentang Osamu-serei yang menggantikan pelayaran leluasa dan mengharuskan seorang penumpang membawa barang dagangan minimal 300 kilogram serta melukiskan suka-dukanya menumpang kapal motor Sri Renjet yang baru seminggu kemudian berlabuh di Banten.
Tulisan lain tentang Lampung merentang mulai dari pelacakan arti nama Lampung, bahasa dan sastra Lampung, aksara dan angka Lampung, kain kapal Lampung, pertautan Bali dan Lampung melalui budaya pesisir, kuntara (naskah hukum) adat Lampung, dan tinjauan kritis atas pandangan-dunia (weltaanschaung) orang Lampung yang disebut piil pasenggiri.
Salahsatu nilai dari buku semacam ini adalah untuk mengenal Lampung di dalam beberapa seginya yang terjadi pada tempo doeloe. Selamat membaca dan selamat berkelana.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain